1.
Jelaskan pengertian
CPFR dan proses dari CPFR menurut Coyle!
§ Pengertian CPFR (Collaborative
Planning. Forecasting and Replenishment)
CPFR adalah serangkaian proses bisnis
berbasis data dirancang untuk meningkatkan peramalan, dan kemampuan untuk
memprediksi dan berkoordinasi dengan mitra rantai suplai. CPFR dikembangkan di
tahun 1997 oleh organisasi yang menaruh minta pada bidang logistic. Penerapan
CPFR oleh dua perusahaan menghasilkan penghematan dalam tingkat inventory dan
berkurangannya out of stock di tingkat Point of Sales (POS). Contoh CPFR
diterapkan oleh peritel raksasa Wal-Mart dengan 100 suppliernya di tahun 2005
dengan mengunakan teknologi RFID (Radio Frrquency Identification). Hal ini
diyakin oleh Wal-Mart bahwa suppliernya membutuhkan informasi tentang demand di
tingkat peritel, harga, jumlah persedian di toko-toko Wal-Mart dalam kondisi
seakurat mungkin dan dalam posisi real time. Wal-Martpun membutuhkan informasi
kepasitas pemasok, cadangan stock pemasok, serta status pesanan.
Secara garis
besar Kolaborasi Perencanaan peramalan dan pengisian kembali persediaan menuntut
adanya kordinasi antar pihak Retailer, buyer (distributor)
dan seller (producer/principal) yang dimulai dari tahap perencanaan,
peramalan, pelaksanaan dan analisa terhadap pelaksanaanya
CPFR
pada dasarnya adalah proses peramalan yang berevolusi menjadi perangkat
berbasis web yang bertujuan untuk bertukar informasi secara internal dalam
'shared web' antarsesama partner di dalam suatu rantai pasok.
Secara
singkat Kolaborasi Perencanaan peramalan dan pengisian kembali persediaan
(CPFR) digambarkan sebagai berikut :
1)
Perencanaan. Tahap perencanaan dilakukan
secara bersama-sama, dalam hal ini kedua belah pihak bisa melakukan perencanaan
bisnis secara bersama sama untuk menentukan tujuan dan target. Infomasi dimulai
di level retails store dimana data pergerakan persediaan
langsung didapat dari titik penjualan (POS), data diolah untuk melihat
persediaan mana yang siklus persediaannya tinggi, kemudian dikatagorisasi untuk
menentukan urutan dan sebarannya , selanjutnya ditentukan persediaan mana yang
(SKU) tinggi siklus perputarannya dan memiliki sebaran yang terbesar.
2)
Strategi dan Perencanaan. Data yang telah
diolah selanjutnya dijadikan acuan dalam melakukan peramalan penjualan (sales
forcasting) dan peramalan pemesanan (order forcasting).
3)
Eksekusi. Peramalan penjualan dan
peramalan pemesanan selanjutnya diturunkan menjadi pemesanan dan pelaksanaa
pemesanan.
4)
Analisa. Tahap terakhir adalah proses
analisa dari proses diatas untuk menetukan langkah-langkah yang diperlukan
dalam hal terjadi perubahan, termasuk diantaranya adalah batasan batasan
logistik (logistics restriction) yang akan mengakibatkan ganguan dalam
proses supply chain.
Keempat langkah dalam proses Kolaborasi Perencanaan
peramalan dan pengisian kembali persediaan (CPFR), dilakukan secara terus
menerus dengan interaksi yang intensive antar para mitra usaha sehingga
mampu mengantisipasi berbagai kendala yang menghambat kelancaran kolaborasi ini
yang akan menggangu proses rantai pasok secara keseluruhan Akan tetapi
Kolaborasi Perencanaan peramalan dan pengisian kembali persediaan (CPFR),
tidak bisa dilakukan dengan cara manual, melainkan harus dilakukan dalam
satu sistem informasi secara terpadu yang melibatkan mitra uasaha yaitu
antar retailer/distributor dengan satu supplier atau
dengan beberapa supplier.
Dengan menerapkan Kolaborasi Perencanaan peramalan dan
pengisian kembali persediaan (CPFR), maka akan terjalin satu koordinasi dan
saling kesepahaman yang baik antar mitra bisnis, tidak ada pihak merasa
dirugikan/dibebankan karena sudah saling mengerti antara kebutuhan yang satu
dengan yang lain sehingga hubungan bisnis akan lebih sustainable, dan yang
utama akan tercipta efisiensi dalam keseluruhan rantai pasok yang pada
gilirannya akan mengurangi stock idle/over supply, mengurangi biaya
logistik dan biaya transportasi dan pada saat yang sama akan mampu
memberikan respsonse terhadap perubahan-perubahan dalam permintaan
yang timbul dari permintaan pasar, perubahan trend pasar yang
disebakan oleh internal maupun external rantai pasokan dan juga mampu
mengabaikan tudingan yang dialamatkan kepada para importir sebagai salah satu
penyebab long dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok.
Menurut
Coyle, terdapat 3 (tiga) elemen penting dalam kesuksesan penerapan CPRF
antara lain :
1)
Collaborative demand planning
2)
Joint capacity planning, dan
3)
Synchronized order fulfillment
Kolaborasi
berdasarkan keterbukaan berbagi data seperti di atas akan meningkatkan kualitas
peramalan permintaan di sepanjang siklus rantai pasokan sehingga akan
menjaga order fulfillment.
Coyle (2003) mengembangkan konsep bagaimana kolaborasi antar
bagian berjalan dan mekanisme perencanaan terjadi dalam CPFR. Business
Model CPFR dijelaskan oleh Coyle sebagai berikut: Process CPFR
dimulai dengan, penetapan garis besar kesepakatan antara seluruh pihak yang
terkait, kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana bisnis, membuat perkiraan
penjualan dan prediksi masalah atau hal khusus dalam perkiraan penjualan.Dari
perkiraan penjualan serta prediksi masalah tersebut diperoleh data yang lebih
akurat tentang ketersediaan produk. Adapun perkiraan pesanan akan diperoleh
dari data ketersediaan produk.
Sumber:
Ardy. 2016.
“Definisi, Sejarah Singkat CPFR (Collaborative Planning, Forecasting and
Replenishment)”. [link] http://ardy-web.blogspot.com/2016/01/definisi-sejarah-singkat-cpfr.html.
Diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 18.00 WIB.
Guritno,
Adi Djoko dan Meirani Harsasi. 2019. “Manajemen Rantai Pasokan”. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
“Hidayat, Anang.
2015. Kolaborasi Perencanaan Peramalan dan Pengisian Kembali Persediaan
(CPRF)”. [link] https://supplychainindonesia.com/kolaborasi-perencanaan-peramalan-dan-pengisian-kembali-persediaan-cprf/.
Diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 18.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar