Minggu, 24 Mei 2020

Definisi Laba, Target Laba, Macam Laba, dan Implikasi Target Laba pada Dunia Usaha


Definisi Laba, Target Laba, Macam Laba, dan Implikasi Target Laba pada Dunia Usaha

Laba atau keuntungan merupakan tujuan atau target utama perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pencapaian target kaba merupakan salah satu ukuran keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya dan sekaligus ukuran kinerja pihak manajemen di masa yang akan datang.

Salah satu cara objektif yang dapat menggambarkan kondisi perusahan dan kemudian dilakukan evaluasi tersebut yaitu melalui hasil pencapaian target keuntungan/laba yang berasal dari laporan laba/rugi. Hasil pencapain target keuntungan pada tiap periode akuntansi harus dianalisa berdasarkan variabel yang menyusunnya. Terdapat beberapa variabel dalam perhitungan laba/rugi seperti Omset (Penjualan), Biaya/Beban Usaha, Pembelian Barang, Stok Barang, reture penjualan, dan reture pembelian dan lainnya.

Target laba adalah sasaran keuntungan yang ingin dicapai oleh manajemen pada periode tertentu. Penentuan target laba merupakan bagian penting pengelola perusahaan agar termotivasi untuk bekerja secara maksimal dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Pencapaian target akan menjadi ukuran dalam menentukan posisi jabatan atau karier pihak manajemen di masa depatan.

Terdapat tiga macam target laba, yaitu :
  1. Target laba ditetapkan dalam jumlah tertentu
  2. Target laba ditetapkan dalam jumlah persentase tertentu dari pendapatan;
  3. Target laba ditetapkan dalam jumlah tertentu setelah diperhitungkan pajaknya.

Agar bisa berkembang dan bertahan perusahaan tentunya berharap untuk mendapat laba, oleh karena itu target laba diperlukan.  Implikasi target laba pada dunia usaha adalah dengan adanya target laba maka perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai sasaran atau target yang sudah ditentukan, keuntungan didapat demi kelangsungan hidup perusahaan terjaga.

Referensi:
Ardra. 2017. “Faktor yang Mempengaruhi Laba Kotor”. [link] https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-akuntansi/faktor-mempengaruhi-laba-kotor/. Diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 07.00 WIB.
BMP EKMA4314 Modul 4
Yesri, Yuna. 2017. “Empat Cara Tepat Mendapatkan Keuntungan”. [link] https://dailysocial.id/post/empat-cara-tepat-mendapatkan-keuntungan. Diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 07.00 WIB.

Contoh Soal Menghitung Target Laba Operasi dan Jawabannya


2. Agar perusahaan mencapai target laba operasi per bulan sebesar Rp12.000.000 maka titik impasnya adalah,


Titik impas      = (Biaya Tetap + Laba Operasi) / Margin Kontribusi
                         = (18.000.000 + 12.000.000) / 140.000
                          = 214,29 ~ 214


Jadi tiket pulang pergi yang harus dijual agen penjualan untuk mencapai target laba operasi per bulan sebesar Rp12.000.000 sebanyak 214 tiket.

Contoh Soal Menghitung Break Event Point dan Jawabannya

Contoh Soal Menghitung Break Event Point

PT.Toba Travel adalah agen perjalan yang khusus melayani penrbangan antara pulai Nias – Medan, agen ini mengenakan tariff tingkaet Merpati Air Liners untuk penerbangan pulang pergi sebesar Rp. 1.800.000. sampai dengan bulan ini, Merpati AirLines membayar komisi sebesar 10% dari harga tiket perpunumpang yang ditanggung agen tersebut, dimana ini komisi ini merupakan satu-satunya sumber pendapatannya. Kos tetap perbulan yang ditanggung agen ini sebesar Rp. 18.000.000 (untuk membayar gaji, sewa dan lain-lain), sedangkan kos variable perunit sebesar Rp. 40.000 per tiket. Merpati Airlines pada bulan ini melakukan revisi pemberian komisi kepada seluruh agen perjalanannya, dimana komisi akan diberikan sebesar 10% per tiket sampai maksimum Rp. 100.000 mana yang lebih tinggi. Bagi tiap tiket dengan harga lebih dari rp. 1.000.000 maka Merpati Airlines hanya akan membayar komisi sebesar Rp. 100.000 berapa pun harga tiket tersebut. Pajak atas pendapatan 30% Berdasarkan data diatas hitunglah struktur pemberian komisi yang lama,.
  1. Berapakan tiket pulang pergi yang harus dijual agen penjualan untuk mencapai Titik impas (BEP)
  2. Apabila Laba operasi per bulan 12.000.000, tentukan titik impasnya (BEP)
  3. Apa yang saudara ketahui tentang target laba, dan bagaimana implikasinya pada dunia usaha?

Diketahui:

- P = 10% x Rp18.000.000 = Rp180.000
- V = RP40.000
- Margin Kontribusi = Rp180.000 - Rp40.000 = Rp140.000
- H = Rp1.800.000
- T = Rp18.000.000

Ditanya:
1. Titik impas (BEP)
2. Titik impas apabila Target laba operasi per bulan Rp12.000.000 dan implikasinya

Jawab:
1. Titik impas    = Biaya Tetap / Margin Kontribusi
                          = 18.000.000 / 140.000
                          = 128,57 ~ 129
Jadi tiket pulang pergi yang harus dijual agen penjualan untuk mencapai titik impas (BEP) sebanyak 129 tiket.

Aktivitas dan Kos Tidak Bernilai Tambah Beserta Contohnya


Apa yang dimaksud aktivitas tidak menambah nilai  dan kos tidak  bernilai tambah, berikan contoh !

Aktivitas tidak bernilai tambah  adalah suatu aktivitas yang dilakukan dan menimbulkan pemborosan biaya, waktu, atau  tempat tapi tidak memberikan nilai tambah bagi kepuasan konsumen. Jika aktivitas ini dihilangkan, tidak akan berpengaruh pada kepuasan konsumen. Aktivitas ini dilakukan karena adanya inefisiensi dalam aliran proses, biasanya berupa pekerjaan ulang atas suatu pekerjaan yang telah dilakukan pada departemen lain untuk mengawasi masalah kualitas tapi menghasilkan output yang tidak diperlukan atau tidak diinginkan.

Contoh aktivitas tidak bernilai tambah:
  1. Aktivitas transportasi yang tidak efisien, dilakukan dua atau tiga kali dalam satu kali perjalanan tetapi dilakukan dalam empat atau lima kali perjalanan.
  2. Aktivitas menuggu, missal menunggu antrian di teller atau ATM, menunggu photocopy, menunggu kedatangan bus dll.
  3. Produksi yang berlebihan, misalnya kegiatan memphotocopy bahan rapat sebanyak 30 unit untuk peserta rapat yang hanya 25 orang dengan maksud 5 unit untuk cadangan. Memesan snack rapat sebanyak 20 dus, padahal peserta rapat hanya 12 orang. Contoh lain misalnya melakukan pengecatan tembok dengan penggunaan cat yang terlalu tebal.

Kos tidak bernilai tambah yaitu biaya produksi yang tidak meningkatkan jumlah yang rela dibayar oleh konsumen terhadap suatu produk. Biaya tersebut tidak memberikan nilai tambah pada produk sehingga konsumen tidak akan bersedia membayar lebih untuk suatu produk hanya karena adanya biaya tersebut. Perusahaan harus bisa semaksimal mungkin mengeliminasi kos ini selain untuk menekan biaya produksi juga untuk mempercepat aliran proses produksi.

Contoh kos tidak bernilai tambah:
  1. Kegiatan menjahit ulang baju yang tidak tejahit rapi dengan rapi, sehingga kegiatan tersebut bertambah namun nilai dari pekerjaan itu tidak bertambah
  2. Klaim / pemberian garansi dari produksi yang cacat


Sumber:
Modul Akuntansi Manajemen EKMA4314
Shift Indonesia. 2012. “Improving Effectiveness: Mengganti Non-Value-Add Activities dengan Value-Add Activities”. [link] http://shiftindonesia.com/lean-six-sigmaimproving-effectiveness-mengganti-aktifitas-non-value-add-dengan-aktifitas-value-add/


Kriteria Kondisi Perusahaan agar Activity Based Costing Dapat Diterapkan

Jelaskan pada kondisi seperti apakah ABC diterapkan pada suatu perusahaan?

Activity Based Costing (ABC) adalah salah satu cara menghitung setiap biaya yang dikeluarkan pada masing-masing aktivitas dengan alokasi yang berbeda-beda pada setiap aktivitasnya. ABC lebih berfokus pada biaya pada produk yang bersumber dari proses selama produksi berlangsung. 

Terdapat beberapa kriteria kondisi perusahaan agar Activity Based Costing dapat diterapkan, berikut diantaranya:
  1. Perusahaan dengan banyak keanekaragaman produk (Product Diversity), semakin bertambahnya produk yang dihasilkan maka akan semakin cocok jika menggunakan analisa Activity Based Costing, karena dengan bertambahnya keanekaragaman produk yang dihasilkan maka berdampak pada semakin beragamnya aktivitas sehingga tingkat distorsi cost akan semakin tinggi.
  2. Perusahaan dengan banyak jenis operasi (Common Processes), dengan tingginya jumlah departemen yang dibutuhkan pada saat menjalankan operasi perusahaan maka akan berdampak pada jumlah dari common cost. Sehingga menyebabkan sulitnya alokasi biaya per produk. Penggunaan analisa Activity Based Cost akan cocok apabila tingkat common processes semakin besar.
  3. Perusahaan dengan banyak biaya periode (Period Cost Allocation), pengalokasian biaya periode diidentifikasikan dengan menggunakan jangka waktu tertentu karena tidak dibutuhkan dalam perolehan produk yang akan dijual. Agar dapat memperkecil biaya produk maka dianjurkan menerapkan analisis Activities Based Costing.
  4. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tergolong cepat (Rate of Growth of Period Costs), apabila perusahaan Anda mempunyai tingkat pertumbuhan yang tergolong cepat maka akan sulit dalam mengalokasikan biaya, maka kemungkinan distorsi biaya pun meningkat. Sehingga perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan biaya periode yang cepat maka akan cocok dalam penggunaan analisa Activities Based Costing.
  5. Perusahaan yang bebas menentukan harga (Pricing Freedom), bagi perusahaan yang tidak memiliki tingkat ketidakbebasan dalam penentuan harga produk cocok menggunakan analisa Activities Based Costing.
  6. Perusahaan dengan pengaruh rasio laba perusahaan yg tinggi (Period Epense Ratio), apabila laba perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan maka perusahaan tersebut cocok menggunakan analisa Activity Base Costing.
  7. Perusahaan dengan tingkat frekuensi kegiatan yang tinggi (Analysis of Frequency), apabila tingkat frekuensi kegiatan yang berkaitan dengan analisa cost biaya produk semakin tinggi maka tingkat keakuratan dari alokasi biaya akan semakin meningkat juga. Sehingga penggunaan analisa Activity Based Costing akan semakin cocok apabila tingkat frekuensi semakin tinggi.

Sumber:
Anitasari, Nuraini. 2016. “Penerapan Activity Based Costing Pada Perusahaan”. [link] https://zahiraccounting.com/id/blog/penerapan-activity-based-costing-pada-perusahaan/. Diakses pada tanggal 19 April 2020 pukul 16.51 WIB
Modul Akuntansi Manajemen EKMA4314

Pendanaan Sumber Internal dan Eksternal Berikut Contohnya.

Dalam melakukan investasi, perusahaan seringkali membutuhkan tambahan dana yang cukup besar, baik yang bersumber dari internal, maupun ekst...