Auksin
merupakan salah satu ZPT yang sering digunakan dalam kultur jaringan tanaman
dengan dimasukkan ke dalam media tumbuh. Peran fisiologis auksin adalah
mendorong pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xylem dan
floem, serta pembentukan akar. Dalam kultur jaringan, auksin diperlukan untuk
pembentukan klorofil, pertumbuhan kalus, suspensi sel morfogenesis akar dan
tunas (Ardiana dan Fitrianingsih, 2010). Auksin sangat efektif dalam
menginisiasi pembentukan akar pada banyak spesies tanaman (Weaver, 1972 dalam
Sulichantini, 2016). Auksin sintetis terdiri atas indole 3 acetic acid (IAA), indole 3 butyric acid (IBA), 1-naphthaleneacetic acid (NAA), dan herbisida yang bersifat
auksin (Wattimena, 1992 dalam Ardiana dan Fitrianingsih, 2010). Praktikum
kultur jaringan ini menggunakan NAA sebagai hormon auksin sintetis. NAA
(Naftaleine Asetat Acid) adalah zat
pengatur tumbuh yang tergolong auksin. Pengaruh auksin terhadap perkembangan
sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan sintesa protein. Dengan adanya
kenaikan sintesa protein, maka dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam
pertumbuhan (Sulichantini, 2016). α-Naftalen Asam Asetat (NAA) merupakan auksin
sintetik, tidak mengalami oksidasi enzimatik seperti IAA (Indole-3 Asetic Acid). Senyawa tersebut dapat diberikan
pada medium kultur konsentrasi yang lebih rendah, berkisar 0,1-2,0 mg/l
(Zulkarnain, 2009 dalam Triningsih et al., 2013).
Sumber:
Ardiana,
Dwi Wahyuni dan Ida Fitrianingsih.
2010. “Teknik Kultur Jaringan
Tunas Pepaya Dengan
Menggunakan Beberapa Konsentrasi
Iba”. Jurnal Buletin Teknik Pertanian,15(2): 52-55.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar