Senin, 31 Desember 2018

Artikel Tentang Kelapa Sawit di Indonesia


Indonesia merupakan negara tropis dengan perkebunan kelapa sawit yang kian hari kian menjamur, terutama perkembangan yang pesat pada beberapa pulau besar minim penghuni, sebagai contoh perkebunan kelapa sawit yang berada di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Mendengar kata “Kebun kelapa sawit” stereotipe buruk timbul di pikiran. Bagaimana tidak? Berdasarkan berita yang biasa kita dengar, pembukaan lahan“Kebun kelapa sawit” identik dengan pembakaran hutan dan perusakan ekosistem didalamnya. Bersebrangan dari pernyataan tersebut, tidak semua pembukaan lahan “Kebun kelapa sawit” dilakukan dengan cara yang illegal. Tidak sedikit kebun kelapa sawit yang memprioritaskan keseimbangan lingkungan dalam melakukan produksinya. Oleh karena itu, berikut akan dipaparkan manajemen sumber daya hayati kelapa sawit dan manejemen area lahan kelapa sawit.
Kebun kelapa sawit, dari namanya saja kita semua pasti sudah tau jika “Kelapa sawit” merupakan sumber daya hayati terbesar pada ekosistem ini. Sebelum membahas lebih lanjut, sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penghasil minyak, seperti; minyak masak, minyak industri, dan minyak bahan bakar biodisel (Asep, 2016).
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.  Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos (wikipedia).
Dengan banyaknya keuntungan dalam berkebun kelapa sawit, bukan jadi rahasia umum memang jika arus investasi mengalir dengan deras, terutama perusahaan mutinasional dan internasional. Bukan hanya pengusaha Indonesia saja yang membuka lahannya untuk ditanami kelapa sawit, data menunjukkan, sebagian besar kebun kelapa sawit yang berada di Indonesia adalah milik perusahaan luar negeri, sungguh menyedihkan memang. Saya tidak akan membahas masalah tersebut secara lebih rinci, karena yang akan saya bahas kali ini adalah mengenai Manajemen sumber daya hayati dan sumber daya lahan perkebunan kelapa sawit.
Dalam melakukan manajemen sumber daya hayati pada perkebunan kelapa sawit, Pemerintah Indonesia telah sering dikritik kelompok-kelompok pencinta lingkungan hidup karena terlalu banyak memberikan ruang untuk perkebunan kelapa sawit (berdampak pada penggundulan hutan dan penghancuran lahan bakau). Maka, sejalan dengan semakin banyaknya perusahaan internasional yang mencari minyak sawit ramah lingkungan sesuai dengan kriteria Roundtable on Sustainable Palm Oil (di Malaysia), perkebunan-perkebunan di Indonesia dan Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan-kebijakan ramah lingkungan. Para pemerintah negara-negara Barat telah membuat aturan-aturan hukum yang lebih ketat mengenai produk-produk impor yang mengandung minyak sawit, dan karena itu mendorong produksi minyak sawit yang ramah lingkungan. Pada tahun 2011, Indonesia medirikan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing global dari minyak sawit Indonesia dan mengaturnya dalam aturan-aturan ramah lingkungan yang lebih ketat. Semua produsen minyak sawit di Indonesia didorong untuk mendapatkan sertifikasi ISPO (Indonesia Investment, 2016).
Jadi, yang harus dilakukan adalah membentuk manajemen sumber daya hayati yang baik dengan mementingkan keberlanjutan ekosistem didalamnya. Salah satu contohnya adalah menjadikan produksi kelapa sawit menjadi produk yang ramah lingkungan.
Dalam melakukan manajemen lahan yang baik kita pun harus memahami dengan baik mengenai kondisi tanah, iklim, topografi, dan kesesuaian lahan. Upaya yang harus dilakukan dalam melakukan manajemen lahan agar tercipta kesinambungan diantaranya adalah menekan erosi dan limpasan air permukaan, mengurangi pengaruh kekurangan air, pengelolaan air, dan manajemen pemukun.
Dapat disimpulkan bahwa tidak selalu apa yang berkaitan dengan “Kebun kelapa sawit” itu buruk. Dengan manajemen sumber daya hayati dan manajemen lahan sawit yang baik, kita dapat menjaga berkesinambungannya sebuah ekositem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendanaan Sumber Internal dan Eksternal Berikut Contohnya.

Dalam melakukan investasi, perusahaan seringkali membutuhkan tambahan dana yang cukup besar, baik yang bersumber dari internal, maupun ekst...