Rabu, 16 Desember 2015

Ketika menyontek sudah menjadi budaya

Ketika menyontek Sudah Menjadi Budaya
Karya: Muhammad Saiful Bahri

Mendengar kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi di kalangan pelajar. cheating atau mencontek diartikan sebagai tindakan bohong, curang, penipuan guna memperoleh keuntungan tertentu dengan mengorbankan kepentingan orang lain.Menyontek dapat memberikan dampak yang buruk bagi dunia pendidikan. Dewasa ini, menyontek sudah dijadikan sebagai budaya di kalangan siswa.
Menyontek bukanlah kegiatan belajar, tetapi menyontek merupakan bahaya laten bagi siswa. Menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan yang selalu muncul menyertai aktivitas belajar mengajar setiap hari. Kurangnya pembahasan tentang menyontek mungkin disebabkan karena banyak ahli yang mengganggap hal ini adalah peristiwa yang tidak perlu dikhawatirkan, padahal masalah menyontek merupakan sesuatu yang sangat mendasar.
Menyontek dapat melahirkan generasi penerus yang pemalas dan bermental koruptor. Menyontek dilakukan siswa hanya untuk mengejar nilai atau hanya memenuhi tugas yang diberikan pengajar, Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang kita mendengar asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor dan penipu ulung adalah penyontek   berat ketika mereka masih berada di bangku sekolah. Atau sebaliknya, mereka yang terbiasa menyontek di sekolah, memiliki potensi untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat
Budaya menyontek, yang sudah marak di zaman modern ini disebabkan karena kurangnya perhatian pengajar, orangtua dan pribadi siswa tersebut serta sistem pendidikan yang terkadang saling tumpang tindih sehingga menyebabkan kebodohan karena kebosanan siswa. Suryabrata mengungkapkan ada tiga faktor yang membentuk karakter pribadi seseorang antara lain: faktor G (General), yakni kebijakan yang dibawa sejak lahir, faktor S (specific) yang dibentuk oleh pendidikan dan faktor C (Common / Group) yang didapatkan dari pengaruh kelompok.
Siswa menyontek disebabkan karena: Kurang Percaya diri, merasa pengajar tidak adil dan diskriminatif, adanya kesempatan, Keinginan mendapat nilai tinggi, mencari jalan pintas, sistem nilai yang tidak objektif, dan penugasan instruktur yang tidak rasional.
Siswa yang menyontek berusaha untuk menutupi tindakannya dengan cara berbohong. Terkadang siswa tukang contek tidak segan memberi suap pada siswa yang mau memberi contekan padanya. Bilamana siswa tidak mau memberi contekan, maka siswa tukang contek dapat berubah menjadi preman di sekolah untuk memaksakan kehendaknya dalam mencontek.
Mencontek sudah menjadi bagian budaya banga Indonesia, Apapapun alasannya menyontek tetaplah perbuatan yang dilarang dan berdampak buruk bagi dirinya dan orang-orang sekitarnya. Oleh karena itu pemerintah berusaha menekan dan mengurangi angka penyontek di Indonesia, dengan pendidikan karakter sejak dini. Dan kesadaran diri sendirilah yang paling utama menekan jumlah penyontek di Indonesia. Upaya pemerintah dalam menekan tindakan siswa menyontek secara langsung berpengaruh terhadap turunnya angka korupsi Indonesia. Seperti yang dilansir situs Transparency International 2013, Indonesia meraih peringkat 114 dengan skor 32   dari 177 daftar Negara terkorup di dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendanaan Sumber Internal dan Eksternal Berikut Contohnya.

Dalam melakukan investasi, perusahaan seringkali membutuhkan tambahan dana yang cukup besar, baik yang bersumber dari internal, maupun ekst...